Beberapa orang mungkin akrab dengan perayaan Hari Valentine, terutama remaja dan kaum muda. Hari yang konon merupakan kisah St. Valentinus yang rela menikahkan pasangan di tengah situasi pemerintahan yang kala itu melarang. Menurutnya pernikahan adalah hak dan kehendak Yang Maha Kuasa. Tak satupun manusia yang berhak menghalanginya. Hingga akhirnya sang imam pun dihukum mati atas keberaniannya. Untuk mengenang keberanian beliau setiap tanggal 14 Februari diperingati sebagai hari Valentine atau biasa dikenal sebagai hari kasih sayang. Sangat banyak versi yang berkembang di balik perayaan Hari Valentine ini.
Bagaimana perayaan hari valentine dewasa ini?
Beberapa remaja memanfaatkan hari valentine untuk mengungkapkan kasih sayang. Momen ini dirasakan tepat bahkan bagi mereka yang buta sama sekali mengenai kisah heroik di balik perayaan ini. Sekedar berbagi cokelat dengan ucapan, kartu, ungkapan khusus melalui media sosial, bahkan pertemuan khusus. Ya, pada intinya banyak hal spesial yang secara khusus diungkapkan bertepatan dengan perayaan ini.
Kalangan tertentu menolak perayaan ini. Perayaan Valentine telah berubah makna. Tidak sedikit pasangan yang memanfaatkan perayaan ini di luar batas. Mereka mengidentikkan perayaan kasih sayang dengan penyaluran hawa nafsu. Tentu pihak perempuan sekali lagi dirugikan. Setiap manusia beradab akan mengutuk aksi yang demikian tanpa memandang etnis, agama, maupun adat istiadatnya. Inilah pembodohan yang nyata-nyata dilakukan dengan bungkus kasih sayang yang justru semu. Dampaknya hari valentine kian hari semakin memperoleh predikat negatif, jauh dari esensi yang sebenarnya.
Bagaimana kaum muda sebaiknya memandang hari valentine?
Cukupkanlah pengetahuan terhadap makna sebenarnya hari valentine. Setiap agama melarang kemaksiatan, namun tidak pernah melarang perbuatan yang bermanfaat bagi sesama. Hari Valentine penuhilah dengan kasih sayang, tidak selalu dengan pasangan namun yang terpenting adalah keluarga. Ingatlah, akan banyak orang yang sibuk mengutuk, bahkan mengharamkan perayaan ini bahkan tanpa mengetahui seluk-beluknya sehingga tidak memiliki kesempatan menemukan makna kasih sayang dalam perayaan ini. Ibarat pepatah lalat yang tujuannya mencari sumber bau pasti akan selalu menemukan sumber bau itu.
Setidaknya jika kita tidak mampu menunjukkan kasih sayang terhadap sesama dalam perayaan ini, janganlah menjadi pembenci. Pembenci perayaan maupun pembenci orang yang merayakan. Suatu keniscayaan bahwa pembenci tidak mendapat bagian dari kasih sayang itu sendiri.
Layakkanlah diri kita untuk selalu dicintai.
Selamat hari kasih sayang.
No comments:
Post a Comment